Senin, 01 September 2008

Visi Ramadhan???

Tadi malam ustad yang membawakan ceramah ramadhan bertanya, suda berapa puasa yang engkau lalui???
Apa yang engkau peroleh dalam belasan tahun puasa?....... Almost nothing ga sanggup aku menelaah hasil puasa ku.

Ramadhan kembali datang. Apa hal ini akan terjadi seperti Ramadhan lalu? TIDAK, tidak kata ku.
Langkah awal mengambil hikmah Ramadhan dengan sukses adalah dengan menentukan misi dan visi (kayak organisasi ajah yah, need visi misi-misi??) Namun setelah menelaah FINANCIAL REVOLUTION ada hal yang ku tanggkap, tahun 1974 ada penelitian di Yale University (di amrik gitu) dalam sebuah graduation (acara kelulusan) setiap wisudawan diberi angket, salah satu pertanyaannya adalah apa yang akan mereka lakukan setelah lulus! Hanya 5% dari wisudawan yang memiliki visi tentang apa yang akan dilakukan.


20 tahun berikutnya para wisudawan tersebut di ajukan beberapa pertanyaan lagi, salah satu pertanyaan yang ku ingat adalah berapa penghasilan terakhir anda? Bagaimana langkah trek karir anda?
Ternyata sebagian besar dari 5% yang telah menetapkan visi dengan jelas di awal kelulusan menduduki kelas penghasilan tertinggi dengan trex karir yang saling mendukung value grading mereka.

Baca lanjutanya dengan mengklik judul
Dari pelajaran ini saya menyimpulkan perlunya misi dalam mencapai kesuksesan ramadhan. Dengan visi yang jelas maka target Ramadhan ini akan dapat kita ukur apakah kita termasuk orang yang merugi (yang hari esoknya lebih buruk dari hari ini) atau termasuk orang yang beruntung.

Ditengah itu semua Ramadhan hadir dengan segala rahmat nya, dengan segala berkah dan magfirahnya. Akankah kita menyia-nyiakan kesempatan ini? Padahal Rasullula SAW mengingatkan kita dengan nasehatnya :

" Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkatan, yaitu bulan yang didalam nya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang telah Allah menjadikan shaum nya fardhu dan qiyam pada malam hari nya suatu tathowu’. Barang siapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebaikan di dalamnya, samalah dengan orang yang melaksanakan suatu fardhu pada bulan lainnya. Dan barang siapa mengerjakan suatu fardhu didalam bulan Ramadhan sama lah dia dengan orang yang mengerjakan 70 fardhu di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan sabar, sedang sabar itu pahala nya surga. Ramadhan itu adalah bulan pemberi pertolongan (syahrul muwasah) dan bulan Allah memberikan rezki kepada kaum mukminin di dalam nya. Barang siapa yang memberikan makanan berbuka di dalam nya kepada seseorang bershaum, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosa nya dan kemerdekaan diri nya dari neraka. Orang yang memberi makanan itu memperoleh pahala seperti yang diperoleh orang yang bershaum tanpa sedikitpun berkurang. Para sahabat berkata : " Ya Rasulullah tidaklah kami semua memiliki makanan berbuka shaum". Maka jawab Rasulullah : " Allah memberi pahala ini kepada orang yang memberi sebutir korma, seteguk air atau sehirup susu". Dialah yang bula permulaannya Rahmat, pertengahannya ampunan dan akhir nya pembebasan dari neraka. Barang siapa yang meringankan beban dari budak sahaya-dalam hal ini termasuk pembantu rumah tangga, pen - niscaya Allah mengampuninya dan memerdekakan nya dari api neraka. Oleh karena itu perbanyaklah 4 perkara di bulan Ramadhan : dua perkara untuk mendatangkan keriduan Rabb mu dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya. Dua perkara pertama adalah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tiada Ilah selain Allah dan memohon ampun kepada Nya. Dua perkara yang sangat kamu membutuhkan nya ialah mohon surga dan perlindungan dari api neraka. Barang siapa yang memberi minum kepada orang yang berpuasa niscaya Allah memberi minum kepada nya dari air kolam Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus sesudahnya. Sehingga dia masuk kedalam surga". (HR. Ibnu Huzaimah).

Al Quran menerangkan bahwa kita hanya di uji dengan 2 hal yaitu :
1. Kesenangan
2. Kesusahan

Dan Al Quran memberikan solusi utama atau ujian tersebut:
1. Sabar
2. Shalat

Dibawakan oleh Abu Hurairah ra. Katanya: " Rasulullah bersabda : " firman Allah ta’ala : semua amal anak adam untuknya, kecuali shaum. Sesungguhnya ia untuk Ku dan Aku lah yang mengganjarnya. Dan puasa itu adalah penangkal. Sesungguh nya bau orang yang bershaum lebih wangi di sisi Allah daripada bau misk, bagi orang yang bershaum ada dua kegembiraan yang ia rasakan : apabila bershaum ia gembira dan apabila ia menjumpai Rab nya ia gembira dengan shaum nya itu ". (HR Bukhari Muslim).


Dengan pengendalian nafsu ini maka muncul sikap-sikap positif seperti kesabaran jiwa, kekuatan iradah dan ta’at kepada Allah.

"Calon utama penghuni Syurga itu adalah mereka yang suka memberi makan orang yang miskin, suka Mengucapkan salam dan bertutur kata yang manis." (HR.Thabrany)

"Bacalah Al-Quran. Karena ia pada hari Kiamat nanti akan datang memberikan syafaat kepada para pembacanya." (HR.Muslim)

Khotbah Rasulullah menyambut ramadhan

Diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib Alaihima Al-Salam bahwasanya suatu hari Rasulallah SAW berpidato di hadapan kami ketika menjelang datangnya Bulan Suci Ramadhon. Beliau berkata.

Wahai manusia:
"Sesungguhnya telah datang kepada kalian 'bulan Allah' yang penuh berkah, rahmat ,dan maghfirah, yaitu bulan yang di sisi Allah lebih mulia dari bulan-bulan lainnya. Hari-harinya pun lebih utama dari pada hari-hari (di bulan) lainnya. Malam-malamnya lebih mulia dari malam-malam biasa. Detik-detiknya pun lebih utama dari detik-detik di bulan lainnya. Di mana, pada-masa-masa itu, kalian diundang ke dalam sajian dan jamuan Illahi dan kalian dijadikan tamu istimewa dihadapan-Nya.
Read more klik judul

Nafas-nafas yang kalian hembuskan (di Bulan ini) sama dengan ucapan 'tasbih'. Tidur yang kalian lakukan adalah ibadah. Amal-amal kalian akan diterima disisi-Nya. Doa-doa yang kalian panjatkan akan dikabulkan oleh-Nya. Maka, mintalah pada Tuhan kalian dengan penuh ketulusan niat serta kesucian hati agar dianugerahkan 'Kesuksesan dalam menjalankan Ibadah Puasa di bulan ini', dan juga dalam 'Membaca Kitab Suci Al-Quran'.

Sungguh hanya orang yang sangat 'celaka dan durjana' sajalah (ketika bulan yang mulia ini berlalu) sedangkan dia tidak mendapat 'Ampunan Tuhannya'.

Ingatlah ketika kalian lapar dan dahaga tentang bagaimana lapar dan dahaganya (kelak) di hari pembalasan. Perbanyaklah kalian bersedekah pada fakir miskin di antara kalian. Hormatilah orang-orang tua di antara kalian. Sayangilah anak-anak yang lebih muda. Sambunglah tali 'Silaturrahmi'. Jagalah Lidah-lidah kalian dari ketergelinciran. Palingkanlah penglihatan kalian dari apa-apa yang di-'haram'-kan untuk dilihat. Juga bagi yang tak patut didengar oleh telinga-telinga kalian.

Berbelas kasihlah pada anak-anak yatim orang lain. Agar anak-anak yatim kalian (kelak) mendapat perlakuan yang sama dari orang. Bertaubatlah kalian dari dosa yang kalian pernah perbuat.

Angkatlah kedua tangan kalian sambil memunajatkan doa-doa di setiap salat-salat kalian. Karena, pada saat-saat seperti itu Allah SWT akan senantiasa melimpahkan 'Cucuran Rahmat pada hamba-hamba-Nya. Dia Allah akan menjawab ketika di minta, menyambut ketika diseru, dan akan mengkabulkan permohonan ketika hamba-hamba-Nya berdoa".

Wahai manusia:
"Sesungguhnya jiwa-jiwa kalian 'tergadai' oleh amal perbuatan kalian. Maka lepaskanlah belenggu itu dengan 'istighfar-istighfar' kalian. Pundak-pundak kalian telah berat menanggung 'beban' (dosa-dosa). Maka ringankanlah beban tersebut dengan memperlama 'sujud-sujud' (di setiap salat) kalian".

Ketahuilah wahai manusia:
"Sesungguhnya Allah yang Maha Tinggi telah bersumpah 'demi Keagungan dan Kebesaran-Nya" bahwa Dia tidak akan menyiksa (di hari pembalasan kelak) hamba-hamba-Nya yang senantiasa melaksanakan salat dan bersujud kepada-Nya. Dan pula si hamba tidak akan dibayang-bayangi rasa ketakutan pada api neraka ketika semua manusia menghadap memenuhi panggilan-Nya".

Wahai manusia:
"Barang siapa di antara kalian memberi makanan (menjamu) seorang mukmin (yang hendak berbuka puasa) di bulan suci ini, maka pahalanya sama dengan memerdekakan seorang budak serta akan mendapatkan 'pemutihan' dari dosa-dosa yang pernah dia lakukan".

Salah seorang yang hadir kala itu berkata, "wahai Rasulallah, tidak semua dari kami mampu melakukan hal seperti ini" (dalam menjamu bagi yang akan berbuka puasa). Rasulallah menjawab, "bebaskanlah dirimu dari api neraka walaupun dengan 'seteguk air', selamatkanlah jiwamu dari api neraka walaupun dengan 'sebiji kurma' (yang dimaksud ialah 'walaupun dengan jamuan sangat sederhana'). Karena sesungguhnya Allah SWT akan menganugerahkan 'pahala' ini pada hamba-hamba-Nya yang tidak mampu berbuat banyak lebih dari itu.

Wahai manusia:
"Barang siapa di antara kalian yang 'berbudi pekerti luhur' di bulan ini, niscaya dia akan sangat mudah melintasi shiratol mustaqim, di mana pada saat-saat seperti itu, semua 'kaki' akan mudah tergelincir di atasnya.

Barang siapa yang meringankan tugas seorang hamba (seperti pembantu rumah tangganya) di bulan ini, niscaya Allah akan meringankan pula dosa-dosa dalam timbangan hitungan amalnya. Barang siapa yang menahan diri dari 'perbuatan jahat' pada orang lain di bulan ini, niscaya Allah akan menahan 'amarah murka-Nya' di saat si hamba berhadapan dengan-Nya.

Barang siapa 'memuliakan' (menyantuni) anak yatim di bulan ini, maka Allah akan memuliakannya tatkala si hamba berhadapan dengan-Nya. Barang siapa 'menyambung tali persaudaraan' dengan bersilaturrahmi di bulan ini niscaya Allah akan mencucurkan rahmat-Nya pada saat si hamba berhadapan dengan-Nya. Barang siapa 'memutuskan tali persaudaraan' di bulan ini, niscaya Allah akan memutuskan 'limpahan' rahmat-Nya ketika si hamba berhadapan dengan-Nya.

Barang siapa yang mengisi hari dan malamnya dengan 'salat-salat sunnah', maka Allah akan mencegah dia dari 'jilatan api neraka'. Barang siapa menunaikan satu ibadah fardhu (wajib) di bulan ini, maka pahalanya akan sama dengan dia menunaikan 70 (tujuh puluh) ibadah fardhu di bulan lainnya.

Barang siapa yang memperbanyak 'bersholawat' padaku di bulan ini, niscaya Allah akan memperberat timbangan amal (baik)-nya, pada saat di mana neraca-neraca (amal baik) menjadi ringan. Barang siapa yang membaca 'satu ayat' dari Al Quran di bulan ini, maka pahalanya akan sama dengan dia menghatamkan Al Quran di bulan yang lain'.

Wahai manusia:
"Sesungguhnya di bulan ini 'pintu-pintu' surga dibuka. Oleh karena itu mintalah kalian pada Allah agar tidak menutupnya untuk kalian kelak. Pintu-pintu neraka di bulan ini ditutup, maka mohonlah pada Tuhan kalian agar tidak membukanya untuk kalian kelak. Setan-setan di bulan ini 'dibelenggu', maka mintalah pada Tuhan kalian agar jangan diberikan kesempatan padanya hingga dapat menguasai jiwa-jiwa kalian.

Lalu, Sayyidina Ali KW berdiri dan bertanya, "wahai Rasulallah, apakah amal yang paling 'mulia dan afdhol' di bulan ini? Rasulallah menjawab, "menjaga diri dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah".

Minyak 4 Islam

Pada abad ke-9 M, ilmuwan Muslim bernama Muhammad Al-Razi (864- 925) telah berhasil memproduksi minyak tanah untuk lampu dan pemanas.

Dunia Islam dikenal memiliki cadangan minyak yang melimpah ruah. Dari dulu hingga kini negara-negara Muslim di kawasan Teluk dan Semenanjung Arab menjadi produsen minyak terbesar di dunia. Tak heran, jika anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) didominasi negaranegara Muslim, seperti Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Qatar, serta Uni Emirat Arab.


Industri minyak di dunia Islam telah dimulai sejak abad ke-7 M. Dr A Zahoor dalam tulisannya berjudul Muslims and the Oil Industries mengungkapkan, era minyak di dunia Muslim diawali dengan kisah penghianatan. Guna mematahkan perlawanan kaum Muslim yang hendak menguasai Konstantinopel, Kaisar Constantine IV memerintahkan panglima tinggi militernya untuk bekerja sama dengan seorang penghianat dari Damaskus dalam sebuah operasi rahasia.Read more

Pasukan Constantine akhirnya mampu mengalahkan perlawanan tentara Muslim dengan senjata berteknologi minyak yang diciptakan para ilmuwan dari Dinasti Umayyah pada tahun 680 M. Peristiwa itu menandakan bahwa umat Islam di era kekhalifahan sudah menguasai teknologi pe ngo lahan minyak. Sebuah pencapaian teknologi yang sangat tinggi pada zamannya.

Sejatinya, menurut Zahoor, manusia kuno yang tinggal di dunia Islam seperti Kuwait, Irak, Iran dan Azerbaijan, Turkmenistan dan Uzbekistan sudah mengenal minyak dan gas. "Orang Mesopotamia yang pertama kami membangun beberapa peradaban telah mengenal minyak mentah yang berasal dari sumur alam," ungkap Zahoor. Sebuah manuskrip Akkadian bertarikh 2200 SM menyebut minyak mentah dengan istilah naptu –– berasal dari bahasa Arab yakni naft.

Saat pasukan tentara Muslim tiba di Irak dan Persia sekitar tahun 640 M, di kedua wilayah itu ditemukan ratusan lubang sumur minyak yang terbuka. Menurut catatan sejarah, mulai abad ke-10 M, Provinsi Faris di Persia telah menyumbangkan hampir 90 metrik ton minyak setiap tahunnya untuk bahan bakar lampu di istana khalifah. Sejarawan Muslim, Ibnu Adam menceritakan permintaan dan kebutuhan minyak di era kekhalifahan begitu tinggi.

Akibat tingginya kebutuhan akan minyak membuat gubernur Arab di Irak Utara menghentikan penarikan pajak minyak dan merkuri. Kebijakan itu dilakukan sebagai sebuah insentif agar produksi minyak dari wilayah itu bisa semakin tinggi. Sejarah mencatat, sejumlah sumur minyak yang luas telah mulai dioperasikan di Irak dan wilayah se kitarnya pada abad ke-8 M.

Sumur minyak yang paling strategis dan penting berada di Dir al-Qayyara ñ dekat kota Mosul. Sumur minyak itu mendapat penjagaan yang ketat pada siang dan malam dari tentara kekhalifahan.

Pada era itu, umat Islam tak hanya mengeksplorasi minyak. Peradaban Islam pada masa itu juga mulai menggunakan aspal untuk menghaluskan jalan-jalan di kota-kota utama. Di awal abad ke-13, ahli geografi bernama Yaqut secara gamblang menjelaskan bagaimana umat Islam menciptakan aspal dan menggunakannya untuk menghaluskan jalan. Perabadan Islam menggunakan aspal jauh lebih dulu dibanding kan peradaban Barat. Eropa pertama kali mengenal dan menggunakan aspal pada abad ke-19 M. Yakni, saat jalan di kota Paris berlapiskan aspal pada tahun 1838.

Sejarawan Muslim dari abad ke-10 M, Al-Mas'udi mencatat ten tang ladang-ladang minyak yang tersebar luas di daratan negeri Muslim. Sang sejarawan menyaksikan sumur-sumur minyak ter serak di Sicilia, Oman, Hadramaut, Irak, Persia, Turkmenistan, Taskent, India dan di wilayah Pulau Sumetera. Ia begitu takjub dengan jumlah minyak yang diproduksi negaranegara Muslim, kala itu. Ia menyebut negeri-negeri itu sebagai bilad al-naffata alias 'negeri minyak'.

Kekhalifahan Islam mulai menerapkan pajak minyak pada saat Khalifah Abbasiyah, Al-Mansur (754-775) memberlakukan pungutan atas produksi minyak. Itulah pajak pertama yang diberlakukan atas produksi minyak dan hingga kini masih tetap berlaku di seantero dunia. Begitu melimpahnya produksi minyak yang dihasilkan, Kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad mengangkat wali al-naft atau pengelola minyak di setiap daerah yang memproduksi minyak.

Pada abad ke-9 M, ilmuwan Muslim bernama Muhammad Al- Razi (864-925) telah berhasil memproduksi minyak tanah untuk lampu dan pemanas.

Dalam kitab yang ditulisnya berjudul Kitab Al-Asrar— Rhazes begitu orang Barat menyebutnya ñ telah mengungkapkan dua metode penyulingan untuk membuat minyak tanah. Metode penyulingan pertama menggunakan tanah liat dan yang kedua menggunakan ammonium khlorida.

Penyulingan itu dilakukan berulang-ulang sampai hasil sulingan benar-benar bersih dan amat digunakan untuk lampu. Minyak tanah bisa digunakan apabila pecahan hidrokarbon sudah menguap. Minyak tanah untuk lampu telah digunakan perabadan Muslim di zaman keemasan lebih dari 1.000 tahun sebelum masyarakat Barat mengenalnya. Itu berarti negeri-negeri Barat masih dicengkram gelapgulita, ketika kota-kota Islam bertabur cahaya di waktu malam.

Pada abad ke-10, kota Cordoba –– Eropa Muslim –– telah terangbenderang di malam hari. Di era kepemimpinan Khalifah Abdurrahman II (912-976), Masjid Cordoba saja diterangi 4.700 lampu dan menghabiskan minyak sekitar 11 ton per tahunnya. Para sejarawan juga melukiskan, jalan-jalan di Cor doba yang mulus dan licin pada malam hari terang-benderang bertaburkan cahaya lampu.

Proses penyulingan yang digunakan untuk memproduksi minyak tanah sudah mulai sempurna pada abad ke-9 M. Minyak tanah di dunia dikenal dengan nama naft abyad atau minyak putih. Seorang sarjana terkemuka dari Persia di abad ke-15 M, Abu Tahir Al-Fayruzabadi dalam catatan perjalannya berjudul Al- Qamus Al-Muhit menuturkan bahwa minyak terbaik adalah minyak putih.

Sang pengembara itu juga menuturkan bahwa minyak tanah untuk bahan bakar lampu pada masa itu telah dijual bebas, laiknya obat. Abu Tahir juga mengungkapkan bahwa industri minyak sudah berjalan dengan pesat. Begitulah dunia Islam memulai produksi minyaknya di abad ke-7 M. Hingga kini, dunia Islam masih menjadi produsen utama minyak bumi alias bahan bakar fosil.

Sang Penemu Metode Produksi Minyak
Terlahir di Rayy, Provinsi Khurasan dekat Teheran tahun 864 M, Al-Razi dikenal sebagai seorang dokter dan ahli kimia yang hebat. Sejatinya, ilmuwan Muslim yang dikenal Barat sebagai Rhazes itu bernama lengkap Abu Bakar Muhammad ibnu Zakariya. Al-Razi muda yang dikenal amat gemar memainkan harpa sudah mulai jatuh hati pada ilmu kimia.

Ia menimba ilmu dari Ali ibnu Rabban al-Tabari (808 M) — seorang dokter sekaligus filosof. Sang gurulah yang telah melecut minat Rhazes untuk menekuni dua bidang ilmu yakni kedokteran dan filsafat. Hingga kelak, dia menjadi seorang filosof, dokter dan ahli kimia yang amat populer di zamannya.

Al-Razi merupakan ilmuwan yang sangat produktif. Tak kurang dari 200 buku berhasil dituliskannya. Kitabnya yang paling terkenal dan fenomenal adalah Kitab Al Mansur, Kitab Al Hawi, Kitab Al Asrar atau 'Kitab Rahasia'. Dalam ìKitab Rahasiaî itulah Al-Razi melahirkan terobosan yang mencengangkan, yakni dua metode untuk memproduksi minyak tanah atau minyak lampu.

Metode pertama untuk memroduksi minyak tanah yang ditemukan Al- Razi adalah dengan menggunakan tanah liat sebagai penyerap. Sedangkan, metode kedua menggunakan ammonium khlorida.

Penyulingan minyak dengan kedua metode itu dilakukan secara berulang-ulang sampai hasil sulingan benar-benar bersih dan amat digunakan untuk lampu. Minyak tanah bisa digunakan apabila pecahan hidrokarbon sudah menguap.

Sejarah juga mencatat bahwa Al- Razilah-lah, Ilmuwan pertama yang mengungkapkan minyak tanah untuk lampu atau naffatah. Minyak tanah temuannya itu digunakan untuk bahan bakar pemanas dan penerangan alias lampu. Kitab Al-Asrar yang ditulisnya telah digunakan industri lampu minyak dari zaman ke zaman.

Selain sebagai ahli kimia, Al-Razi banyak memberi kontribusi dalam ilmu kedokteran. Penguasannya yang amat luas dan mendalam dalam kedokteran telah membuat namanya populer baik di Barat maupun di Timur. Tak heran, jika dia dipandang sebagai dokter terbesar abad pertengahan dan seorang dokter Muslim yang tiada bandingnya.

Al-Razi sempat memimpin rumah sakit di Rayy, Iran pada usia 30 tahun. Ia juga sempat mengelola dan memimpin rumah sakit di Bagdad. Buku kedokterannya yang paling terkenal adalah Al-Tibb Al-Mansur yang dipersembahkan kepada Gubernur al-Mansur, al-Hawi. Selain itu, ensiklopedi ilmu kedokteran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada tahun 1279 menjadi rujukan sekolah kedokteran di Eropa hingga abad ke-17 M. Ia wafat di tanah kelahirannya pada usia 62 tahun, yaitu pada 25 Oktober 925 M.

Minyak untuk Kedokteran di Era Kekhalifahan
Di era kekhalifahan, minyak tak cuma digunakan sebagai bahan bakar. Seorang dokter terkemuka dari Basra, Irak bernama Masarjawah dalam kitab Qiwa Al-'Aqaqir menyebutkan 'minyak putih' — sebutan minyak tanah dapat digunakan sebagai obat. Itulah pertama kalinya, dunia kedokteran Islam menjadikan minyak tanah sebagai bahan pengobatan.

Penemuan itu berawal dari permintaan para jenderal perang Muslim yang meminta Masarjawah membuatkan buku petunjuk bagi para petugas medis yang diterjunkan ke medan perang. Beserta para dokter lainnya, Masarjawah melakukan studi dan pencarian untuk menyusun buku panduan bagi petugas medis saat peperangan. Selain mengadopsi resep herbal dari berbagai negara seperti Mesir, Masarjawah memperkenalkan minyak tanah sebagai salah satu obat.

Dalam buku petunjuk yang ditulisnya itu, Masarjawah memperkenalkan bahwa minyak sangat berguna untuk melawan penyakit dan infeksi. Tak heran, bila dari zaman ke zaman para dokter lainnya menerapkan motede penyembuhan minyak tanah yang digunakan Masarjawah.

Dalam kitabnya yang kini telah hilang itu Masarjawah berkata, "Minyak hangat, terutama minyak tanah bila diminum dalam dosis kecil sangat bagus untuk meredakan batuk, asma, serta radang sendi." Begitulah para ilmuwan Islam membuat terobosan demi terobosan dalam ilmu pengetahuan

Minggu, 06 Juli 2008

semangat yah

''Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.'' (QS Al-Insyiroh
[94]: 5-6).


Banyak orang yang optimistis memandang masa depan; ia yakin segala
keinginannya akan terwujud. Namun, ketika mendapatkan hambatan,
ujian, dan cobaan, ia tak sanggup lagi meneruskan perjuangan untuk
menggapai cita-citanya itu Read more

Tak berhenti di situ, ia membuat kesimpulan: bahwa itu bukan
jodohku, ini bukan jalanku, aku tidak cocok di sini, tidak pantas
menjadi itu, dan masih banyak lagi alasan lain yang membuat
seseorang menjadi kehilangan semangat. Ia menjadi patah arang, atau
bahkan frustrasi.

Sungguh kasihan orang seperti ini! Padahal, Allah
menjanjikan 'nikmat' lain: bahwa setelah kesulitan itu pasti akan
datang kemudahan. Ia tidak dapat menikmati karunia Allah yang telah
diberikan kepada setiap hambanya termasuk potensi yang dimilikinya.
Lalu bagaimana solusinya?

Sebenarnya banyak ayat Alquran yang menegaskan agar kita jangan
berputus asa. Begitu pula hadis-hadis yang dikemukakan Rasulullah
SAW. Salah satu ayat yang berkaitan dengan itu adalah surat Al-
Insyiroh ayat 5 dan 6 yang berbunyi, ''Maka, sesungguhnya beserta
kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada
kemudahan.''

Pada ayat-ayat tersebut terdapat kata inna atau 'sesungguhnya' , kata
yang biasa digunakan untuk memperkuat dan menegaskan terhadap lafal
dalam bahasa Arab, tak terkecuali dengan ayat-ayat di atas. Terlebih
ayat tersebut dinyatakan dua kali. Subhanallah!

Tak perlu dijelaskan arti sebuah kesulitan atau kegagalan, tapi dua
ayat itu cukup untuk memotivasi kepada kita agar selalu tetap
semangat menghadapi setiap masalah. Karena sesungguhnya, pertolongan
Allah itu dekat. Mungkin tahun ini gagal masuk perguruan tinggi
impian, tapi siapa tahu justru kegagalan itulah yang menuntun kita
ke sukses lain yang lebih besar.

Meski masa depan itu samar, tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT
dan hamba-hamba- Nya yang Ia kehendaki, tetapi kita dianjurkan
mempersiapkan segala hal untuk menghadapi kemungkinan- kemungkinan
yang ada. Maka dari itu, selayaknyalah kita mengarahkan tujuan kita
hanya kepada Allah.

Segala sesuatunya ikhlas karena Allah. Semuanya dilakukan untuk
menggapai rahmat Allah SWT. Karena keinginan atau cita-cita selain
kepada Allah itu batil, sia-sia, dan rugi, karena bagaimanapun juga
kita akan kembali pada-Nya. Mari menyongsong masa depan yang lebih
cerah yang dinaungi dengan rahmat dan ridha Allah.

Selasa, 27 Mei 2008

Abd bin Mas'ud 2

Sabda Rasulullah Saw., “Siapa yang ingin membaca Al Qur’an dengan baik seperti diturunkan Allah, bacalah seperti bacaan lbnu Ummi ‘Abd (‘Abdullab bin Mas’ud. Pendidikan Rasulullah kepadanya, diterapkan ‘Abdullah dalam dirinya dengan disiplin kuat dalam segala situasi dan kondisi. Sampai-sarnpai orang mengatakan, “karakter dan akhlak ‘Abdullah bin Mas’ud paling mirip dengan akhlak Rasul ullah “.Di samping itu, dia belajar di Madrasah Rasulullah. Read more

Karena itu memang pantas dia menjadi sahabat yang sangat baik membaca Qur’án, sanqat paham maknanya, dan sangat ‘alim tentang syari’at Islam.

Sebuah berita kami sajikan untuk membuktikan hal itu.Ketika Khalifah ‘Umar bin Khaththab berada di ‘Ara fah, tiba-tiba seorang laki-laki datang menghadap beliau seraya berkata, “Ya, Amirul Mu’minin! Saya datang dari Kufah sengaja untuk menghadap Anda. Di sana ada seorang yang mahir Al Qur’an seutuhnya di luar kepala. Bagaimana pendapat Anda tentang orang itu?”

Umar marah mendengar pertanyaan itu. Belum pernah dia semarah itu, sehingga dia menarik nafas panjang panjang.“Siapa dia?” tanya ‘Umar.
‘Abdullah bin Mas’ud,”jawab orang itu.
Kemarahan ‘Umar mendadak padam. Seketika itu juga mukanya kembali cerah.
Kata ‘Umar, “Demi Allah! Setahu saya tidak ada lagi orang yang lebih ‘alim daripadanya dalam urusan itu. Akan saya ceritakan kepada Anda satu kisah mengenai nya.

Pada suatu malam Rasulullah bercincang-bincang di rumah Abu Bakar membicarakan urusan kaum muslimin. Saya turut dalam pembicaraan tersebut. Selesai berbincang-bincang, Rasulullah pergi. Saya dan Abu Ba kar pergi pula mengikuti beliau. Tiba-tiba kami melihat seseorang — mula-mula tidak kami kenali — sedang shalat di masjid. Rasulullah berdiri mendengarkan bacaan orang itu. Kemudian beliau berpaling dan berkata kepada kami, “Siapa yang ingin membaca Qur’an dengari baik seperti diturunkan Allah, bacalah seperti bacaan Ibnu Ummi ‘Abd (‘Abdullah bin Mas’ud).

”Kemudian ‘Abdullah duduk dan mendo‘a. Rasullullah rnengaminkan do’anya.“Saya berkata dalam hati,” kata ‘Umar selanjutnya, “Demi Allah! Besok pagi saya akan mendatangi ‘Abdullah bin Mas’ud memberi kabar gembira kepadanya bahwa Rasulullah mengaminkan do’anya. Ketika saya mendatanginya besok pagi, kiranya Abu Bakar telah lebih dahulu menyampaikan kabar gembira itu kepada ‘Abdullah.

Abu Bakar memang selalu lebih cepat daripada saya dalam soal kebaikan.”‘Abdullah bin Mas’ud pernah berkata tentang pengetahuannya mengenai Kitabuflah (Al Qur’an) sebagai berikut:“Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia! Tiada satu ayat pun dalam Al Qur’an, melainkan aku tahu di mana diturunkan dan dalam situasi bagaimana. Seandainya ada orang yang lebih tahu daripada saya, niscaya saya datang belajar kepadanya.”‘Abdullah bin Mas’ud tidak berlebihan dengan ucapannya itu.

Cerita ‘Umar bin Khaththab di bawah ini memperkuat ucapan ‘Abdullah tersebut.
Pada suatu malam ketika Khalifah ‘Umar bin Khathab sedang dalam suatu perjalanan, beliau bertemu dengan sebuah kafilah. Malam sangat gelap bagaikan beratap kemah, menutup pandangan setiap pengendara. ‘Abdullah bin Mas’ud berada dalarn kafilah tersebut.
Khalifah ‘Umar memerintahkan seorang ajudan supaya menanya kafilah.“Hai, kafilah! Dari mana kalian?” teriaknya bertanya.“Min fajjil ‘amiq” (dari lembah nan dalam), jawab ‘Abdullah.
“Hendak ke mana kalian?”
“Ke Baitul ‘Atiq” (ke rumah tua =Baitullah), jawab ‘Abdullah.
Kata ‘Umar, ‘Di antara mereka pasti ada orang yang sangat ‘alim.`
Kemudian diperintahkannya pula menanyakan, “Ayat Qur’an manakah yang paling agung?”
Jawab ‘Abdullah,“(Allah, tiada Tuban selain Dia; Yang Maha Hidup Kekal, lagi terus menerus mengurus (rnakhluk-Nya): tidak mengantuk dan tidak pula tidur…). Al-Baqarah: 255).

Tanyakan pula kepada mereka, ayat Qur’an manakah yang lebih kuat hukumnya?” kata ‘Umar memerintah.
Jawab ‘Abdullah,.(Sesungguhnya Allah memerintah kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi . kepada kaum kerabat, dan Allah melarang kamu dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran)” (An Nahl; 16:9)

“Tanyakan kepada mereka, ayat Quran ma yang paling mencakup?” perintah ‘Umar.
Jawab Abdullah,(“Barangsiapa mengerjakan kebaikan walaupun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan walaupun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya pula). (Al Zalzalah; 99:8).

“Tanyakan, ayat Al Qur’añ manakah yang memberi kabar takut?” perintah ‘Umar.
Jawab ‘Abdullah,(Pahala dari Allah bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong. dan tidak pula menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahaltn itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak pula penolong baginya selain Allah).” (An Nisa’; 4:123)
“Tanyakan pula, ayat Qur’an manakah yang memberikan harapan?” perintah ‘Umar.
(Katalahl Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah; sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).” (Az Zumar; 39:53), jawab ‘Abdullah.

Kata ‘Umar, “Tanyakan! Adakah dalam kafilah kalian ‘Abdullah bin Mas’ud?”Jawab mereka,
“Ya, ada!!”‘Abdullah bin Mas’ud bukan hanya sekedar Qari (ahli baca) terbaik, atau seorang yang sangat ‘alim, atau seorang ‘abid yang sangat zuhud, tetapi dia juga seorang pemberani, kuat dan teliti. Bahkan dia seorang pejuang (mujahid) terkemuka. Dia tercatat sebagai muslim pertama yang mengumandangkan Al Qur’an dengan suara merdu dan lantang.
Pada suatu hari para sahabat Rasulullah berkumpul di Makkah: Kata mereka, ‘Demi Allah! Kaum Quraisy belum pernah mendengar ayat-ayat Qur’an kita baca di hadapan mereka dengan suara keras. Siapa kira-kira yang dapat membacakannya kepada mereka?

”Jawab ‘Abdullah,”Saya sanggup membacakannya di hadapan mereka dengan suara keras.”Kata mereka, “Tidak Jangan kamu! Kami kuatir kalau kamu yang membacakannya. Hendaknya seorang yang mempunyai famili, yang dapat membela dan melindunginya dari penganiayaan kaum Quraisy

“Biarlah saya saja Allah pasti melindungi saya!” jawab ‘Abdullah tak gentar.Besok pagi kira-kira waktu dhuha, ketika kaum Quraisy sedang duduk-duduk sekitar Ka’bah, ‘Abdullah bin Mas’ud berdiri di Maqam Ibrahim, la1u dengan suara lantang dan merdu dibacanya Al Qur ‘an:Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Tuhan yang Maha PernurahYang mengajarkan Al Qur’an..Yang menciptakan manusia Yang mengajarkannya pandai berbicara ) (Ar Rah man: 1 — 4).

Bacaan ‘Abdullah yang merdu dan lantang itu kedengaran oleh kaum Quraisy di sekitar Ka’bah. Mereka terkesima merenungkannya. Kemudian mereka bertanya sesamanya, “Apakah yang dibaca Ibnu Ummi ‘Abd (‘Abdullah bin Mas’ud)?”“Sialan dia! Dia membaca ayat-ayat yang dibawa Si Muhammad!” kata mereka setelah sadar.Lalu mereka berdiri serentak dan memukuli ‘Abdullah. Tetapi ‘Abdullah terus saja membaca sampai habis. Kemudian ‘Abdullah pulang menemui para sahabat dengan muka babak beIur dan berdarah.“Inilah yang kami kuatirkan terhadapmu!” kata para sahabat kepada ‘Abdullah.

Jawab ‘Abdullah “Demi Allah! Bahkan sekarang musuh-musuh Allah itu tambah kecil di mata saya. Jika Anda menghendaki: besok pagi akan saya baca pula di hadapan mereka.“Jangan! sudah cukup dahulu! Bukankah engkau sudah memperdengarkan kepada mereka ayat-ayat yang sangat mereka benci?” jawab mereka.

‘Abdullah bin Mas’ud hidup sampai zaman Khalifah ‘Utsman bin Affan memerintah. Ketika ‘Abdulah hampir meninggal, Khalifah ‘Utsman datang menjenguknya.“Sakit yang engkau rasakan, hai ‘Abdullah?” tanya Khalifah

“Dosa-dosaku,” jawab ‘Abdullah.“Apa yang engkau inginkan?” tanya ‘Utsman.“Rahmat tuhanku,” jawab Abdullah. “Tidalkkah engkau ingin supaya kusuruh orang membawakan gaji-gajimu yang tidak pernah engkau ambil selama beberapa tahun?” tanya ‘Utsman.

“Saya tidak membutuhkannya,” jawab ‘Abdullah.
“Bukankah engkau mempunyai anak-anak yang harus hidup layak sepeninggal engkau?” kata ‘Utsman.
“Saya tidak kuatir anak-anak saya akan hidup miskin. Saya menyuruh mereka membaca surat Al Waqi ‘ah setiap malam. Karana saya mendengar Rasulullah bersabda, “sesiapa membaca surat Al Waqi’ah setiap malam, dia tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya.

”Pada suatu malam, ‘Abdullah bin Mas’ud pergi menemui Tuhannya dengan tenang. Lidahnya basah dengan dzikruilah, membaca ayat-ayat suci Al Qur’an. Dia telah berpulang ke rahmatullah.Radhiyallahu ‘anhu.

Senin, 26 Mei 2008

Kepribadian Abdullah bin Mas'ud

Abdullah bin Mas’ud termasuk dalam golongan pertama yang masuk islam (as-sabiquna al awalun) urutan ke-6 dari para sahabat Rasulullah dan ia termasuk pula sebagai orang yang hijrah ke Habasyah yaitu hijrah pertama kali dalam islam.

Cerita tentang masuknya Abdulah bin Mas’ud ke dalam islam, beliau berkata, ” Adalah aku menggembala kambing kepunyan ‘Uqbah abi Mu’ith. Tiba-tiba berlalu Rasulullah bersama abu Bakar. Kemudian rasulullah bertanya, “Ya Ghulam (anak kecil), apakah ada susu di kambing ini ?

Kepribadian beliau :

Beliau adalah sahabat Rasulullah yang berbadan kurus, pendek, besar perutnya serta keciil kedua betisnya. akan tetapi ia sangat lembut, sabar dan cerdik. Abdullah termasuk ulama pandai, sehingga dikatakan sebagai al-imam al-Hibr (pemimpin yang alim, yang shalih). Faqihu al-Ummah (Fakihnya ummat). Ia termasuk bangsawan mulia, termasuk sebaik-baik manusia dalam berpakaian putih.

Ilmunya beliau melimpah ruah. Ibnu Numair pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Ambillah Al-Qur’an dari empat sahabat. Beliau memulai dengan menyebut Ibnu Ummi ‘Abd (Ibnu Mas’ud), Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab dan Salim budak Abu Hudaifah.”

Beliau adalah sahabat yang senang dengan ilmu, baik menimba ilmu atau mengamalkannya. Sehingga dinyatakan, bahwa di awal keislamannya, yang dinginkan adalah diajari Al-Qur’an. Sehingga dalam suatau pertemuan dengan Rasuullah berkat kecemerlangan akalnya lansung bisa menimba ilmu dari lisan Rasulullah sebanyak 70 ayat. Karena senangnya terhadap ilmu, bahwa orang yang pertama kali men-jahr-kan Al-Qur’an di Makkah setelah rasulullah adalah Ibnu Mas’ud. Dan orang yang pertama kali membaca dari lubuk hatinya adalah Abdulah bin Mas’ud.

Sesungguhnya Rasululah pernah berjalan dengan Ibnu Mas’ud, sedang Ibnu Mas’ud membaca ayat satu huruf-satu huruf. Maka beliau bersabda, ” Barang siapa senang membaca Al-Qur’an dengan cara yang baik (merendahkan diri) sebagaimana diturunkan maka dengarkanlah bacaan Ibnu Mas’ud.

Dan masih banyak riwayat yang lain tentang pujian Rasulullah terhadap Ibnu Mas’ud.

Keistimewaan beliau

antara lain :

· Hudzaifah berkata, “Sungguh orang-orang pilihan (yang terjaga) dari para sahabat, mereka mengetahui bahwa Abdullah bin Mas’ud adalah termasuk sahabat yang lebih dekat dengan Nabi di sisi Allah, wasilahnya besok di hari kiamat.” (HR.Hakim)

· Rasulullah bersabda, ” Aku ridha terhadap ummatku terhadap sesuatu yang diridhai Ibnu Umi ‘abd (Ibnu Mas’ud). Dan aku marah terhadap sesuatu yang menjadian marahnya Ibnu Umi abd.” (HR.Thabrani)

· Kedua kaki Ibnu Mas’ud lebih berat dari gunung Uhud dalam timbangan hari kiamat. Dari Ali, ia berkata, ” Rasulullah menyuruh Ibnu Mas’ud memanjat pohon untuk mengambil sesuatu. Maka talkala para sahabat melihat dua betisnya yang kecil mereka tertawa. Kemudian Rasulullah bersabda, ” Apa yang kamu tertawakan ? Sungguh kaki Abdullah lebih berat daripada Gunung Uhud pada hari kiamat.” (HR.Ahmad)

· Beliau adalah pembwa siwak dan kedua sandal Rasulullah. Ia adalah sahabat yang membangunkan Rasulullah tatkala tidur dan mengambilkan wudlunya. Semua ini ia lakukan waktu safar.”

· Abdullah bin Mas’ud mendengar tasbihnya makanan.

· Beliau adalah sahabat yang menyerupai Nabi dalam hal ketenangan dan Wibawanya.

Keberanian beliau

Abdullah bin Mas’ud adalah sahabat yang paling dekat dengan Nabi. Ia masuk Islam sebelum masuknya Rasulullah ke Darul arqam. Ia ikut perang Badar, Uhud, Khandaq dan perang lainnya.

Semuanya dilakukan bersama Rasulullah. Pada prang Badar Rasulullah bersabda, ” siapa yang mau datang kepadaku dengan membawa kabar Abu Jahal ? ” Maka Abdullah bin Mas’ud menjawab, ” Saya ya rasulullah. “: lantas ia pergi. tiba-tiba dijumpai dua anak ‘Afra’ telah memukul abu Jahal sehingga pingsan. Keudian Abdullah menginjak leher Abu Jahal dengan kakiknya dan ditebasnya kepala Abu Jahal. Kepala Abu Jahal kemudian dibawa ke hadapan Rasulullah dan Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Ya Rasulullah inilah kepala Abu Jahal.’

Maka rasulullah bersabda,

” Allah yang tiada ilah kecuali Dia (3x). kemudian beliau melanjutkan,

Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah yang telah benar janji-Nya dan telah menolong Hamba-Nya, serta mengalahkan golongan-golongan. (Fathul Bari dan Zadul Ma’ad)

Wallahual'am bishawab.

Kamis, 22 Mei 2008

Taubat Palsu

Manusia tidak ada yang sempurna bebas dari dosa, kecuali nabi yang maksum (dijaga dari dosa).Ada dosa terang-terangan, dosa tersembunyi, dosa lahir dan dosa batin. Yang secara sadar maupun tidak telah kita perbuat. Kalau tidak dosa-dosa besar, kita terlibat dengan dosa-dosa kecil.

Alhamdulillah Allah memiliki sifat Arrahman dan Arrahim yang menerima taubat manusia. Allah pernah berseru irjiillaiyah (kembalilah pada Allah), dengan jiwa yang tenang, ini adalah tujuan kita. Apa cocok bila kita kembali membawa dosa???

Manusia sudah hidup di dunia dengan miliaran umat dari dahulu. Saya belum lama di ceritanan bahwa bangsa Yahudi terdahulu membunuh dirinya sebagai syarat untuk bertaubat dari dosa besar. Mereka keluar di malam yang gelap, di tempat yang sunyi dan menikam diri mereka hingga mati. Mati itulah syarat taubat mereka diterima Tuhan. Beratttt.....


Rasulullah benar sebagai rahmat alam ini dengan membawa syarat taubat yang lebih mudah:
* Just Menyesal.
* Just berhenti berbuat maksiat.
* Hanya berjanji tidak mengulangi.
* Bila dosa melibatkan orang lain, minta maaplah.
* Bila berhutang bayarlah.

Walaupun taubat itu mudah, di pintu taubat itulah iblis menunggu untuk menipu kita supaya taubat kita tidak diterima Tuhan. Dia selalu berusaha supaya taubat kita bukan sahaja tidak diterima Tuhan malahan akan menjauhkan lagi kita dengan Tuhan. Apabila kita bertaubat dengan penuh penyesalan, digalakkannya lagi dan didorong-dorongnya hingga kita terasa di hati kita yang dosa kita telah terhapus. Hingga kita terasa sudah tidak berdosa lagi. Hingga kita terasa diri sudah bersih dan suci dari dosa. Rasa tenang, rasa aman dan rasa selamat dengan taubat kita itu hingga hati kita berkata-kata:

Dah taubat, hilang beban,


Namun kita mnelakukan taubat dari satu dosa tetapi kita terjerumus dalam dosa lain yang lebih berat lagi.
Kerana rasa tidak berdosa itu adalah satu dosa.

Rasa diri bersih dan suci dari dosa itu satu mazmumah. Ini dosa batin namanya. Dosa hati. Dosa lahir tidak bahaya kerana mudah kita sedar dan kita tahu. Oleh itu tidak ada masalah untuk bertaubat. Tetapi dosa hati sangat halus dan tersembunyi. Jarang manusia sedar bila terbuat dosa hati. Jarang mereka bertaubat dari dosa-dosa batin ini. Akhirnya mereka mati membawa dosa-dosa tersebut tanpa bertaubat. Ini ghurur namanya. Ini tipuan syaitan.